Back To You

Baca dan dengarkan.

Aku bersyukur dilahirkan menjadi pembangkang.

Pada sebagian besar waktu dalam hidup, aku sering tidak bisa menerima begitu saja.

Aku sering tak percaya apa yang dikatakan orang.

Bagiku, jawaban dari orang lain hanya menambah tanda tanya.

Aku lebih percaya kepada hidup.

Tuhan bersama semesta-Nya lebih jujur daripada jujur.

Ia memberikan pertanda kepada setiap makhluk-Nya.

Kita, makhluk yang tak pandai membaca.

Ada seorang bijak pernah berkata bahwa kadang kita tak bisa bersama dengan yang dicinta.

Aku berkali-kali bertemu dengan orang yang harus merelakan cintanya dan menerima cukup yang ada.

Merelakan yang telah pergi sedang batin dan raga menjerit berusaha meraih hadirnya.

Kondisi yang beberapa orang coba jalani selamanya dalam hidupnya.

Tapi maaf, aku tidak bisa.

Aku tidak bisa untuk tidak menghidupi mimpiku.

Aku tidak bisa untuk merelakan seseorang yang tak tergantikan.

Aku tidak sanggup bila itu bukan kamu.

Aku bersyukur dilahirkan menjadi pembangkang.

Karena aku tak ingin berakhir seperti mereka.

Aku tidak akan menuruti perkataan “cinta tak harus memiliki”.

Aku mau memiliki cintaku, itulah mengapa aku memperjuangkan kamu.

Aku pernah bermimpi mewujudkan mimpi bersama kamu.

Sebuah mimpi yang tercipta dari alam bawah sadar yang paling dalam.

Yang bahkan aku sendiri tak tahu mengapa aku memimpikannya.

Sampai aku sadar, bahwa mimpi itu harus kuhidupi.

Mimpi yang pernah aku rusak sendiri.

Tetapi seperti yang selalu hidup ajarkan kepada aku, aku harus memperbaiki semuanya sendiri.

Itulah mengapa, aku memutuskan untuk tidak menyerah atas kamu.

Aku memilih untuk tidak merelakan kamu.

Jika aku ikut percaya seperti orang lain bahwa cinta tak harus memiliki,

Mungkin kini kita tak bersama lagi.

Bersyukur aku kembali padamu,

Sehingga kini aku bisa mewujudkan separuh mimpiku.

Terima kasih telah menjadi rumah melalui tatapan lembut itu.

Terima kasih telah menjadi selimut melalui dekap hangat itu.

Terima kasih telah menjadi separuh mimpiku.

Terima kasih telah menjadi sekarangku.

Sekarang, genggam tanganku.

Tidak akan pernah aku lepaskanmu.

Temani aku mewujudkan separuh lagi mimpiku.

Menghabiskan sisa hidupku, bersamamu.

Semuanya baik-baik saja, Mia.

Karena aku dan kamu, telah kembali menjadi kita.

Sampai Aku Bertemu Kamu

Iringi barisan kata ini merasuki mata dan hatimu dengan lagu ini:

Sejak kecil, aku selalu bertanya-tanya, bagaimana bisa ayah dan ibu bertemu setiap hari, tinggal di rumah yang sama, makan di meja yang sama, dan tidur di tempat tidur yang sama, tetapi tak pernah satu pun dari mereka merasa bosan. Aku heran mengapa dua orang yang bertatap muka dengan kadar melebihi jadwal minum obat –lebih dari tiga kali sehari– bisa tidak merasa jenuh.

Aku sering memikirkan hal itu. Sampai aku bertemu kamu.

Baru aku tahu, ternyata sebuah “Aku pamit” rasanya bisa seberat “Selamat tinggal”.

Padahal, baru saja beberapa detik yang lalu kita bercengkrama, tertawa bersama, membahas dunia. Padahal, ini sudah ketiga kalinya dalam satu kali perputaran revolusi bulan kita bertemu. Namun setiap kali waktunya datang ‘tuk berpisah, meski hanya sementara, ‘pamit’ selalu terasa semakin berat. Perpisahan, dalam bentuk apa pun, meski tak seberat “selamat tinggal”, tetap saja rasanya sulit. Ini semua karena aku sudah terlanjur meninggalkan hatiku di ‘rumah’, yaitu di matamu –tempat aku menemukan keteduhan.

Baru aku sadar, sedetik setelah pergi, manusia bisa rindu orang yang baru ia temuinya lagi.

Aku tidak akan pergi jika tidak harus. Tidak akan dan tidak ingin. Ketika di sampingmulah aku merasa tidak perlu ada lagi yang mesti aku khawatirkan di dunia ini. Karena ketika bersamamu, aku lengkap. Dan ketika denganmu, aku tahu harus bersama siapa harus menghabiskan sisa hidup.

Aku sangat bersyukur dengan semua mimpi yang selama ini berhasil aku raih. Namun jika tanpamu, aku seperti tak sedang menjalani mimpiku. Kamu mimpi terindah yang ingin kujadikan nyata. Sebagian orang berkata tidak ada yang sempurna. Tapi bagiku, kamu sempurna. Lebih dari itu, kamu menyempurnakan aku.

Karena kamu membuat aku merasa cukup.

Aku tidak memilihmu. Kamu tidak memilihku. Namun hidup memilih kita.

Sampai aku bertemu aku.

Aku sadar selamat tinggal ini hanya sementara. Kelak semua akan diakhiri peluk erat dan dekap hangat. Kali ini, setidaknya untuk sementara ini, aku minta kamu peluk aku dengan doa. Dan biarkan aku melanjutkan bergelut dengan hidup, untuk mewujudkan mimpi kita. Untuk hidup di bawah atap yang sama, makan masakan yang sama, berbagi selimut yang sama. Hidup bersama dalam bahagia yang halal, dan kekal. Aamiiin.

Kamu, Duniaku

Baca sembari dengarkan lagunya.

Aku tak pernah semelankolis ini saat datang ke sebuah taman bermain.

Dufan. Satu tempat yang tak kusangka memiliki banyak kesamaan denganku.

Seperti romantisme setiap lembar baru dari cerita hidup kita, Dufan punya wahana dengan segala romantisme dan naik-turunnya. Adrenalin yang mengalir menguap jadi tawa dan bahagia. Lelah dalam langkah tak terasa karena larut dalam momen bahagia yang kelak akan selalu terkenang.

Layaknya manusia berjalan dalam setiap tahap kehidupan, seperti aku, Dufan tumbuh.

Memasuki chapter baru dalam hidup. Seseorang mulai belajar mengais satu persatu keping kekurangan di masa lalu, demi menjadi diri yang lebih baik. Siap menyambut tantangan baru, sosok-sosok baru, cerita baru, dan siap mengubahnya menjadi kehangatan dan kegembiraan baru. Begitulah seharusnya manusia, bertransformasi, menjadi lebih bijaksana. Dufan –layaknya kita– memiliki gerbang baru yang lebih megah dan siap melejitkan setiap kebahagiaan keluarga yang hadir.

Selama lebih dari 20 tahun dan puluhan kali berkunjung, Dufan mengajarkanku bahwa hidup tak ubahnya seperti wahana. Akan selalu ada naik dan turun, akan selalu ada lelah, akan selalu ada kesabaran yang dibutuhkan. Namun itu semua memberi kita arti lebih akan suatu kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan diri sendiri, tapi saat kita dapat melihat orang yang kita sayangi bahagia. Karena itu yang utama.

Pada akhirnya, saat seseorang melangkah naik, perlahan belajar menjadi pemimpin, seseorang akan menyadari bahwa hidup ini bukan hanya tentang “aku”.

Ia tambatan hatiku, mereka buah hatiku. Mereka duniaku.

Dunia Fantasi rupanya sama denganku. Dufan mengerti bahwa ketika kita sayang pada orang lain, kita akan mengupayakan apa pun untuk mereka. Karena itu, Dufan berencana membangun 9 wahana baru, yang lebih akrab dengan keluarga dan buah hati kita.

  • Kolibri
  • Paralayang
  • Karavel
  • Turbo Drop
  • Zig Zag
  • New Ontang-Anting
  • New Fantastique
  • Baling-Baling
  • Haunted Coaster

Suatu langkah besar melewati gerbang baru nan megah. Semua dilakukan hanya dengan satu alasan yang sama dengan tujuanku,

“Hanya ingin melihat keluarga bahagia.”

Terima kasih, Dufan.

Terinspirasi dari event Dufan Blogger Day, 10 Maret 2019

9 Wahana baru akan hadir di pertengahan dan akhir 2019

Bagian Terburuknya

Mainkan lagunya sebelum larut dalam racikan kata.

Bagian terburuknya…

saat kau hancur, kau tidak diperbolehkan bercerita dan berbagi kepada siapa pun.

saat kau menyadari, kau tidak mampu menarik waktu kembali.

saat kau berusaha bangkit, semua jatuh lagi.

saat kau ingin sayangi, kau berakhir menyakiti.

Bagian terburuknya… kau hanya menemukan dirimu sendiri di tengah puing-puing kehancuran.

sayangnya “memaafkan diri sendiri” dan “sulit” adalah dua kata yang sering bersama dalam sebuah kalimat.

Terus berjuang. Maafkan dirimu sendiri. Meski sulit, bagian terbaiknya, itu tidak mustahil.